Beranda | Artikel
Taqwallah (Khutbah Iedul Fithri 1 Syawwal 1438 H)
Selasa, 27 Juni 2017

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له

يأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته، ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd…
Ma’aasyirol Muslimin….

Alhamdu lillah… Pujian tiada terhingga kita panjatkan kepada Robb kita, Yang telah memberikan kita karunia untuk bisa beribadah selama bulan Ramadhan. Untuk bisa menyempurnakan puasa sebulan penuh. Sungguh betapa banyak saudara-saudara kita yang berangan-angan merasakan apa yang kita rasakan akan tetapi ajal lebih dahulu menjemput mereka. Banyak sahabat kita, banyak tetangga kita, kerabat kita yang pada tahun ini tidak bisa melaksanakan ibadah di bulan puasa.

Segala puji bagiMu Ya Rabb kami, bagaimanapun kami memujiMu maka kami tidak mampu memujiMu sebagaimana mestinya….lisan-lisan kami tidak mampu untuk mengungkapkan keagunganMu…., jari-jari kami tak mampu menulis kemuliaanMu sebagaimana mestinya…Hanya Engkau yang mengetahui keagunganMu yang sesungguhnya…

لاَ نُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

“Kami tidak mampu memujiMu sebagaimana mestinya….KeagunganMu sebagaimana PujianMu terhadap diriMu”

 

Pujian dan sanjungan tiada terhingga terus kita haturkan kepada Rabb kita, Yang telah menganugrahkan kelezatan-kelezatan dan ketentraman dalam beribadah selama bulan Ramadhan. Kelezatan bertilawah al-Qur’an, kelezatan sholat malam, kelezatan bermunajat kepadaNya, dan Kelezatan meneteskan air mata di haribaanNya, semoga Allah menerima seluruh ibadah kita. Semoga tetesan air mata yang kita keluarkan dengan tulus, sebagai bentuk pengakuan akan dosa-dosa kita, tetesan air mata yang menunjukkan kerinduan untuk masuk surga, menjadi sebab diampuni dosa-dosa yang telah lalu dan begitu banyak, dan sebab untuk meraih surga.

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَالِحَ الأَعْمَالِ

Semoga Allah menerima amal sholih kami dan amal sholih kalian…

Maka berbahagialah mereka yang telah berpuasa karena Allah…

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan penuh pengharapan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”

Berbahagialah mereka yang sholat tarawih dan sholat malam karena Allah ….

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang sholat malam di bulan Ramadhan dengan keimanan dan penuh pengharapan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”

Berbahagialah mereka yang bersusah payah menahan kantuk untuk mencari lailatul Qodar….

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang beribadah di malam lailatul Qodar dengan keimanan dan penuh pengharapan maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”

 

Sungguh hari-hari indah tersebut ternyata telah berlalu…tidak terasa sebulan penuh kita telah berjuang…merasakan kelezatan-kelezatan tersebut. Begitu terasa singkat hari-hari mulia dan indah tersebut. Sungguh benar firman Allah :

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ

“Hari-hari yang berbilang…” (QS Al-Baqoroh : 184)

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Kaum muslimin sekalian sesungguhnya Allah telah menghidangkan kepada kita bulan Ramadhan agar kita bisa meraih ketakwaan.

Allah berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS Al-Baqoroh : 183)

Ayat ini tidak ditujukan kepada orang-orang munafik yang ber KTP islam tapi benci kepada Islam, apalagi orang-orang kafir. Tapi ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman…karena merekalah yang bisa meraih predikat takwallah.

selama bulan Ramadhan kita telah menggembleng diri kita untuk bisa meraih ketakwaan. Kita menahan lapar dan dahaga, kita meredam syahwat kita, namun alhamdulillah kita telah melewati itu semua.

Ternyata “Takwallah” (bertakwa kepada Allah) itulah tujuan kita berpuasa. Takwallah kalimat yang mudah diucapkan oleh lisan…tapi tidak mudah untuk meraihnya. Puasa sebulan kita jalankan ternyata tidak lain adalah untuk meraih ketakwaan.

 

Ada apa gerangan takwallah?

Iya…Rabb kita ingin kita bisa meraih ketakwaan agar kita bisa menghadapi sebelas bulan berikutnya…sebelas bulan berikutnya yang penuh dengan ujian. Syaitan-syaitan dari golongan jin yang tadinya dibelenggu kini telah dilepaskan kembali…

Syaitan-syaitan manusia yang tatkala bulan Ramadhan masih malu-malu untuk menunjukkan maksiat mereka, kini kembali lagi tidak malu untuk terang-terangan bermaksiat.

 

Ada apa gerangan dengan takwallah?

Takwallah (bertakwa kepada Allah) adalah washiat Allah kepada orang-orang terdahulu dan yang terakhir, washiat kepada orang-orang sebelum kalian dan juga kepada kalian, Allah berfirman :

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Dan sungguh kami telah berwashiat kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kalian, dan juga wasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah” (QS An-Nisaa’ : 131)

Bahkan begitu pentingnya perkara takwa hingga dalam al-Qur’an ayat-ayat tentang takwallah lebih dari 250 ayat. Ini semua menunjukkan perhatian besar syari’at terhadap takwallah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…

 

Ada apa gerangan dengan takwallah?

Sungguh barangsiapa yang memperhatikan kondisi kaum muslimin di negeri kita secara khusus, maka ia akan melihat begitu banyak kemungkaran yang tersebar…kemungkaran yang dilakukan terang-terangan tanpa ada rasa malu. Tirai rasa malu telah dirobek…telah dikoyak… Kemungkaran-kemungkaran yang terjadi pada jajaran individu atau komunitas, atau bahkan sampai jajaran para pejabat negara.

Sebab dari ini semua adalah hilangnya takwallah…sirnanya takwallah..

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd.

Ma’asyirol muslimin…, pada hari ini banyak para pakar yang berbicara dan mengeluarkan berbagai teori untuk menghadapi problematika sosial dan ekonomi serta moral di negara kita. Banyak teori yang telah dipraktikan akan tetapi permasalahan tetap saja tidak bisa diselesaikan.

Ada satu perkara yang terlupakan…yang merupakan solusi bagi seluruh permasalahan. Baik permasalahan individu, keluarga, komunitas, bahkan permasalahan negera. Perkara yang terlupakan tersebut adalah takwallah.

Allah telah berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar..

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…

Iya…Allah akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka…rezki yang datang tanpa kita duga dan tanpa kita sangka

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya…

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya (QS At-Tholaq : 2-5)

Sungguh luar biasa ketakwaan…mendatangkan rizki, memudahkan urusan, dan juga memberikan solusi

 

Allah dengan jelas mengatakan

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar..

Di sini jelas mencakup siapa saja…, siapa saja yang menghadapi permasalahan, apakah seorang kepala rumah tangga, seorang istri, seorang pegawai, seorang guru, seorang miskin, seorang kaya, seorang pejabat, seorang rakyat, maupun seorang presiden.

Dalam ayat ini Allah juga tidak menyebutkan permasalahan apa yang dihadapi, oleh karenanya ayat ini mencakup seluruh permasalahan yang dihadapi. Apakah permasalahan ekonomi atau sosial, permasalahan masyarakat atau permasalahan negara…!!

Allah juga berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. (QS Al-Anfaal “29)

Sebagian salaf (seperti Ibnu Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, dan ad-Dhohhak) menafsirkan kata “Furqon” dengan al-Makhroj (solusi) dan an-Najaat (keselamatan)

Maka takwallah adalah sumber solusi bagi permasalahan apa saja.

Tentu seorang mukmin pasti akan menghadapi ujian dalam kehidupannya, sebagaimana Allah telah berjanji akan menguji kaum mukminin. Allah berfirman :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS Al-‘Ankabuut : 2-3)

Akan tetapi Alah juga telah menjanjikan bahwa apapun permasalahan dan ujian yang dihadapi pasti ada solusinya bagi orang yang bertakwa. Cepat atau lambat solusi pasti akan datang. Karenanya jika seseorang menghadapi suatu permasalahan namun ia tidak menemukan solusinya maka hendaknya ia mencurigai dirinya, jangan-jangan ia kurang bertakwa kepada Allah.

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd.

Takwallah adalah sumber rezeki, Allah berfirman :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (QS Thoohaa : 132)

Ibnu Katsir berkata :

يَعْنِي إِذَا أَقَمْتَ الصَّلَاةَ أَتَاكَ الرِّزْقُ مِنْ حَيْثُ لَا تَحْتَسِبُ

“Yaitu jika engkau mendirikan sholat maka rizki akan datang kepadamu dari arah yang kau tidak sangka” (Tafsir Ibnu Katsir 5/327)

 

Nuuh berkata kepada kaumnya :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

maka aku katakan kepada mereka: ´Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (QS Nuuh : 10-12)

 

Huud ‘alaihis salam berkata kepada kaumnya :

وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ (52)

Dan (Huud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS Huud : 52)

Allah berfirman tentang para jin :

وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

Dan bahwasanya: jikalau mereka (para jin) tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak) (QS Al-Jinn : 16)

Jika para jin saja kalau bertakwa dan beristiqomah Allah memberikan kepada mereka rizki yang banyak, maka bagaimana lagi dengan manusia?

 

Allah juga berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS Al-A’raaf : 96)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ (65) وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ

Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka (QS Al-Maidah : 65-66)

Jika ahlul kitab dijanjikan oleh Allah rizki yang luas jika mereka beriman dan bertakwa kepada Allah, maka bagaimana lagi dengan kaum muslimin? Kalau Ahlul Kitab dijanjikan dengan rizki yang luas jika mereka menegakkan kitab suci mereka, maka bagaimana lagi dengan kaum muslimin jika mereka menegakkan hukum-hukum al-Qur’an? Maka sungguh menyedihkan dan memilukan hati tatkala hukum-hukum al-Qur’an dicampakan…ditinggalkan…, bahkan dianggap sebagai sebab keterbelakangan…dianggap sebagai sebab permasalahan bukan solusi permasalahan…

Sungguh ada negeri-negeri yang kekayaan alamnya jauh lebih sedikit dari negeri kita akan tetapi mereka lebih makmur…mereka lebih tentram dan lebih aman. Sementara negeri kita penuh dengan kekayaan alam, sumber daya alam yang begitu banyak dan luas, akan tetapi ada satu yang kurang…yaitu takwallah.

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd.

Ma’asyirol muslimin…sesungguhnya takwa adalah engkau yakin bahwasanya Allah selalu mengawasimu…melihat gerak-gerikmu, mengetahui seluruh ucapanmu, mengetahui lirikan matamu, bahkan mengetahui apa yang terbetik dalam dadamu.

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati (QS Ghoofir : 19)

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ

Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya (QS Al-aqoroh : 235)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ

“Bertakwalah kepada Allah kapanpun dan dimanapun kaum berada”

Seseorang berusaha selalu bertakwa kepada Allah, menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya tatkala ia bersendirian, tatkala ia bersafar jauh dari kampung dan keluarganya, tatkala di siang hari dan juga tatkala di malam hari ketika mata-mata manusia tertidur pulas. Yakin bahwasanya apa yang ia lakukan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.

Umar bin Al-Khottob pernah berkata :

وَلَوْ عَثَرَتْ بَغْلَةٌ فِي الْعِرَاقِ فِي الطَّرِيْقِ لَخِفْتُ أَنَّ اللهَ يَسْأَلُنِي عَنْ ذَلِكَ، لِمَاذَا لَمْ تُسَوِّ لَهَا الطَّرِيْقَ؟

“Jika ada seekor begol yang terjatuh di Iraq maka aku takut Allah akan bertanya kepadaku : “Kenapa engkau tidak meratakan jalan untuknya wahai Umar ?!”

Lihatlah bagaimana Umar takut jangan sampai ada begol -yang hanya seekor hewan- yang tersungkur jatuh….padahal begol tersebut belum jatuh tersungkur. Ini menunjukkan takwa Umar yang luar biasa yang benar-benar merasakan pertanggung jawaban sebagai seorang pemimpin. Lagi pula begol tersebut bukan di Madinah, tapi di penghujung negeri yaitu di Iraq, sementara Umar tinggal di Madinah. Jika perasaan Umar terhadap hewan saja demikian, maka bagaimana lagi dengan manusia, dengan rakyatnya?

Jika setiap pemimpin dan masyarakat merasakan apa yang dirasakan oleh Umar maka tentu akan makmurlah negeri ini.

 

Akan tetapi bukanlah syarat orang bertakwa bahwasanya orang tersebut tidak pernah salah, karena yang ma’sum (terjaga dari kesalahan) hanyalah para Nabi. Akan tetapi orang yang bertakwa bisa saja terjerumus dalam kesalahan akan tetapi ia langsung bertaubat dan kembali kepada Allah.

Allah berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS Al-A’raaf : 201)

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal (QS Ali ‘Imron : 135-136)

 

Jika Anda selama puasa Ramadhan telah berusaha menjadi orang yang bertakwa maka berbahagialah. Semoga Anda telah mencapai predikat La’allakum Tattaquun (agar kalian bertakwa)

 

Berbahagialah pada hari ini….masukanlah rasa senang kepada orang tua, kepada kerabat, kepada anak-anak…beri hadiah kepada mereka…agar mereka tahu bahwasanya mereka sedang berlebaran…sedang merayakan hari kemenangan….kemenangan melawan syahwat selama sebulan penuh…

Nabi berkata tatkala hari lebaran :

لِتَعْلَمَ يَهُوْدٌ أَنَّ فِي دِيْنِنَا فُسْحَةً

“Agar kaum Yahudi tahu bahwasanya dalam agama kita ada kelapangan/kelonggaran”

====== doa=======

 

Jakarta, 03-10-1438 H / 27-06-2017
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

 

 

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1770-taqwallah-khutbah-iedul-fithri-1-syawwal-1438-h.html